PWM Sumatera Barat - Persyarikatan Muhammadiyah

 PWM Sumatera Barat
.: Home > Direktori Ketua PWM

Homepage

Malikah Menemukan-Nya

           Malikah Menemukan-Nya



 


Memo, Shofwan (Padang/20.1.17)

 

Bismillah. Sejak kanak-kanak ia gelisah. Usia 6 tahun ia berlari keluar pekarangan. Melihat langit terbelah.  Di tengah belahan itu ada Cahaya. Itukah Tuhan? Wanita muda 32 tahun itu senyum. Lalu melihat ke dépan.

Sekitar 40-an hadirin hening. Mereka mendengarkan dengan seksama.  Apa lagi  berikutnya. Setiap kalimat yang keluar dari bibirnya seperti magnit memukau. Mata tak berkedip.

 

Sejak itu kegelisahan terus mengusung jiwanya. Sampai  usia remaja galau di hatinya tak pernah berhenti. Sampai suatu saat ia bekerja di industri pengolahan daging. Disitu ia bertemu dengan orang Turki yang muslim. 

 

Ia tidak mau dekat dengan orang-orang Turki  muslim itu. Bukankah Muslim terroris?. Bahaya. Label muslim-terroris itu sampai ke puncak kulminasinya. Waktu itu  gedung kembar WTC di New York dihancurkan oleh 19 pembajak. 

Kapal terbang yang mereka bajak menabrak  dua gedung sama bentuk dan tertinggi di Manhattan, New York City itu.  Gedung pencakar langit itu hancur lebur bagai kerupuk diremas entah oleh siapa. Teori konspirasi? Entahlah. Menurut Wikipedia, korban terbunuh 2996 orang termasuk 19 orang pembajak tadi dan mencederai 6000 orang, alhamdulillah masih hidup. 

 

September 11, 2001. Kosa kata nine-eleven (9/11), memenuhi gaung petala bumi 16 tahun lalu. Saking berangnya, George Bush yunior Presiden Amerika waktu itu menyatakan perang. George W. Bush, President Amerika ke 43 itu, mungkin keceplos.

Baru menjabat 8 bulan, ia mengatakan  perang salib mutakhir  "war on terror" . Tafsiran masyarakat umum kata itu ditujukan terhadap  negara penyimpan  dedengkot terrorisme. Belakangan yang dimaksud adalah  Osama Ben Laden di   Afghanistan.

Lalu Irak dibawah Presiden Saddam Hussein dianggap menyimpan senjata pemusnah massal dan pada sebagian pendapat juga menyembunyikan tokoh al-Qaeda, Abu Musab al-Zarqawi. Jadilah Afghanistan dan Irak dua sasaran, lawan   tanding  tak berimbang.

 

Malikah, wanita yang sedang dibicarakan ini berada di tengah keluarga yang tidak peduli dengan agama. Isu, hoax, bully menyerang Islam dan muslim terroris itu semakin nyaring. Ayahnya seorang yang tak bertuhan. Ibunya mengaku Nasrani tetapi tidak pernah ke gereja.

Tentu saja sanak keluarga yang lain yang juga tidak peduli dengan agama semuanya berprasangka buruk kepada Islam dan muslim. Lingkungan tak kondusif. Kegelisahannya semakin dalam.

 

Meski begitu, sahabat Turki ini  sering guyonan kepadanya. Mereka yang  suka membantu dan berbagi itu mengatakan kalimat Allah dan Nabi Muhammad saw terlalu sering ke telinga. Bahkan suatu kali, kamu sudah Islam kata mereka. Meski belum mengucapkan dua kalimat syahadat. 

 

Dasar seorang yang gelisah mencari pegangan hidup, keadaan itu membuatnya makin intensif dan massif mendengar, berbicara, dan bergaul. Sekalipun  terhadap oang-orang  asing. Muslim Turki yang sama bekerja dengannya tak sedikitpun terkesan  terroris.

Sebaliknya sangat baik. Ramah dan suka berbagi. Apa pun meme dan bullydialamatkan ke mereka, tak ada respons negatif dari pihak para imigran ini. Hitung-hitung ternyata kebanyakan mereka tidak mengerti Bahasa Belanda. Meski ada yang sudah puluhan tahun hijrah ke Belanda.

 

 

 

Sebaliknya yang terjadi pada dirinya. Semakin hari, kedekatan dan persahabatannya dengan orang-orang Turki membuat ia mulai berfikir. Mengapa tidak belajar Bahasa Turki? Belajar Bahasa berarti sekalian belajar budaya, adat dan tradisi masyarakatnya.

 

Itulah, hari berganti hari membuat ia larut dalam persahabatan dengan muslim Turki tadi. Tuduhan terroris, issu dan bully pihak lain terhadap Islam dan Muslim mulai ditampiknya. Padahal awalnya ia mencoba menjaga jarak. Apa lagi mendengar kata Islam, dulu, tangannya langsung bergerak membikin pagar  di depan dada tanda penolakan  yang lantang dan keras.

 

Melihat lingkungan keluarga yang tak peduli dengan Tuhan, ia semakin jauh melibatkan batin, hati dan akalnya mencari Tuhan.  Tuhan yang mana? Tuhan Yahudi, Nasrani, Hindu, atau Budha? 

 

Sekonyong-konyong, hidayah dan kemauan Allah, datang, katanya. Setelah membandingkan, merenung dan memikirkan, ia memilih Islam.   Bismillah. Ia nengucapkan dua kalimat syahadat dengan jujur, ikhlas dan sungguh-sungguh.

 

Begitu intensifnya ia mendalami Islam, ia mengambil kuliah pascasarjna (S2) Studi  Teologi kemudian Perbandingan Agama. di Belanda.  Kini ia menekuni studi Islam S3 Program Doktor di UIN Jakarta. 

 

Ke Indonesia?.  Bermula dari maksud  hanya pergi bertamasya ke Jakarta diajak kenalan. Lalu semakin dekat dengan orang-orang Indonesia. Mengaku ibu angkat dengan orang tua perempuan tokoh trainer spriritual kontemporer ISQ 165 Ari Ginanjar.

Tokoh ini ia anggap sebagai kakak. Begitu pula dengan Bang Din (ia menyebut begitu), Prof. Dr. Din Syamsuddin Ketua PP Muhammadiyah 2005-2015. Dan banyak tokoh tempatnya berdisksui dan mengadu pikiran.

 

Namanya Siti Malikah Melek Feer. Siti nama yang diberikan Ari Ginanjar. Malikah diberikan sahabatnya imigran Turki di Belanda. Melek adalah nama kecilnya dan Feer adalah nama keluarga ayahnya di Belanda.

 

Malikah bertemu dengan penulis memo ini dan Rektor UMSB Novelti pada Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar, 1-7 Agustus 2015. Waktu itu Malikah mengatakan soal rencana kuliah S3 di UIN. 

 

Ia barusan selesai testing seleksi masuk tetapi hasilnya belum keluar. Alhamdulillah, belakangan Malikah diterima dan kini  menjadi mahasiswa doctoral kandidat doktor. Pertemuan berikut adalah pada kenduri perkawinan putra Pak Din pertengahan tahun lalu. 

 

Dalam waktu yang hampir bersamaan, komunikasi tiga arah antara PWM-Rektorat-Malikah,  berhasil mengajak wanita muda yang segera meninggalkan  masa gadisnya ini ke Kampus UMSB. Berbagi wacana dan pengalaman serta gagasan. 

 

Hadir di sesi ini lengkap Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Wakil Ketua PWM. Begitu pula Ketua dan anggota BPH UMSB. Lengkap pula PWA hadir Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Dari Rektorat lebih lengkap lagi di samping Rektor dan semua Wakil Rektor juga beberapa Dekan, Dosen dan Mahasiswa.

 

Hadir teman dekat Malikah dan Rektor Novelti di Padang. Malikah menyebutnya Uni Firti Rahmatika.  Bu Firti dari Kopertis Wil X adalah isteri teman penulis memo ini Prof. Dr. Elfindri. Sejak dulu UMSB intensif berkomunikasi termasuk soal mendatangkan Malika sekarang ini. Dan pagi harinya Malika ada sesi di Kopertis. 

 

Di dalam sesi diskusi, Malikah menjawab beberapa pertanyaan. Bahwa memeluk Islam memang karena hidayah Allah. Akan tetapi tetap ada causa-prima (penyebab utama duniawi). Dalam kasus dirinya adalah  prilaku dan santunya sahabat Turki Muslim tadi. 

 

Betapa budaya masyarakat Muslim menjadi budaya Islam yang memang sesuai dengan al-Quran, rahamatan lil alamin. Dan tentu sangat ditentukan pula oleh ketahanan mental yang bersangkutan dari rongrongan dan pengucilan pihak keluarga dan lingkungannya.

 

Di sela-sela Muktamar tempo hari, Malika bercerita bahwa pada awal kerberislamannya sangatlah berat. Tidak diterima oleh ayah, ibu dan keluarga ketika  ia memjutuskan masuk Islam. Sehingga masa remaja terpaksa mencari tempat kos di luar dan bekerja untuk kehidupannya.

Keadaan itu alhamdulillah tidak berlangsung lama. Sekarang keluarga di Belanda tidak mempersoalkan lagi tentang dirinya yang menjadi Muslimah.

 

Soal bagaimana berkompetisi dengan agama lain yang agresif dan intensif menjalankan zending dan misinya meraup pengikut sebanyak-banyaknya?.  Malika mencontohkan kelompok Keristen Yehova. Mereka memahami betul ajaran dasar dan semua konsep serta aplikasi keagamaannya. Setiap orang dalam kelompok Yehova adalah missionaris. 

 

Mereka mempunyai latar belakang ilmu yang kuat. Pertemuan sangat intensif. Sama ada awam dan elit. Semua dapat menjawab segala persoalan yang berkaittan dengan agamanya. Kita, kaum muslim in di situ kurangnya.

Misalnya soal jilbab. Kalau ditanya kepada wanita biasa, lebih kepada jawaban klise. Ya, ini ketentuan syariat, tetapi tidak bisa menjelaskan surat dan ayat quran serta hadis dan sirah keluarga Rasulullah tetang adab berpakaian itu. 

 

Padahal di dalam kepala saya, kata Malikah, kita harus semua menjadi Zakir Naik. DR. Zakir Abdul Karim Naik (Lahir 18 Oktober 1965) adalah muballigh dunia berasal dari India. Menguasai dan memahami serta hafal semua ayat dari semua kitab-kitab Quran, Injil, Taurat dan Kita-kitab  ajaran Hindu dan Budha. 

 

Dari mulut Zakir, sepertinya semua hal dapat dijawab dan dikupas tuntas. Di setiap tabligh akbar   hadir puluhan ribu orang.  Di situ puluhan orang mengkonversi diri menjadi muslim. Saya berambisi menjadi Zakir Naik, katanya.

 

Di sela sesi serius ada selingan. Malika sempat secara sepintas berkisah soal lamaran pujaannya. Dimulai dari perkenalan persahabatan awal di media  Instagram. Perlahan tapi pasti, meningkat ke jenjang berikutnya.

Dan proses lamaran dari sang pujaan telah berlangsung dengan orag tua angkatnya ibu Ari Ginanjar dan keluarga. Ayah dan ibunya di Belanda sudah tahu. Mereka tidak mempesoalkan. Yang penting, kata mereka, "Melek Feer" bahagia. Dan Insya Allah April nanti, akad nikah itu akan dilangsungkan. 

 

Ketika ditanya soal dibolehkannya poligami dalam Islam dan dikaitkan dengan jodohnya  pria beruntung  dari keluarga kerajaan Solo-Surakarta itu, Malika seperti agak ragu menjawab.

Saya paham, katanya. Ketentuan syariat memang membolehkan suami beristeri lebih dari satu. Akan tetapi, sambil mengurut dada, kalau bisa janganlah menemukan keadaan yang seperti itu.

 

Seakan-akan Malikah ingin mengatakan meski hukum syariat membiolehkan, tetapi poligami bukanlah wajib. Dan bila ada yang melaksanakan, setidaknya, tidak dilakukan oleh sang suami yang nanti menikahinya. Allah al-a'lam bi al-shawab. ***

 

 

 

 

 

Sumber:https://shofwankarimmuhammadiyahsumbar.blogspot.co.id/2017/01/memo-20117-malikah-menemukan-nya.html
 


Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website